Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘Istiqomah’

Episode Bunga Mawar

Saudariku, meskipun aku tak begitu suka dengan bunga. Tapi aku suka mengamati dan membuat pemaknaan-pemaknaan tentangnya. Sebab, bukankah kita dituntunkan untuk bertafakkur terhadap penciptaan Allah?

Saudariku, pasti kau tahu bunga mawar. Bunga yang sering menjadi lambang dari cinta, romantisme, bunga yang warnanya tegas, jika ia berwarna merah, maka ia akan berwarna merah darah, pekat! Jika ia putih, ia pun berwarna putih yang teguh, suci. Jarang mawar berwarna merah muda, meskipun mungkin ada.

Bunga mawar beraroma harum, kelopak-kelopaknya begitu tertata, banyak, dan melindungi benang sarinya dengan seksama. Mawar juga tidak mudah menggugurkan mahkota-mahkota bunganya, aku membuktikannya, betapa mawar tetap bermahkota dan berkelopak meskipun mungkin bila ia dipetik dengan tangkainya dan ia diletakkan tanpa air, ia mungkin layu, tapi mahkotanya tidak gugur!

Bunga itu masih lagi dilindungi kelopaknya yang tak kalah teguh. Bukan itu saja! Kau tahu, saudariku ? Mawar begitu sulit terjangkau! Ya! Kita harus berhati-hati memetiknya sebab tangkainya yang meskipun kecil namun kokoh itu berduri.

Begitulah. Setiap bagian dari mawar sempat kuamati. Setiap bagian bunganya begitu mantap dan teguh, selain bentuknya yang indah dan baunya yang harum. Mawar begitu mempesona.
Mawar begitu misterius, elegan . Bentuk dan aromanya yang mempesona, semua membuat orang ingin menikmatinya, memetiknya, memilikinya. Tapi, ternyata tidak mudah mendapatkannya. Untuk memetiknya kita harus berhati-hati agar durinya tidak melukai. Tidak sembarangan kita bisa sambil lalu memetiknya, bila kita tidak ingin’diserang’ oleh durinya. Tangkainya juga tidak mudah dipatahkan. Bila kalian pernah mengalami, kita harus menggunakan alat (gunting, pisau) untuk memotongnya. Iya kan ?

Hmmmmmm……….Begitulah. Mawar. Kau tau saudariku, bahwa ada wanita-wanita seperti mawar. Tapi, mungkin tidak banyak. Dan seorang muslimah yang seperti mawar??? Wah tentu lebih sedikit lagi. Aku tidak sedang membicarakan kecantikan fisik, meskipun jika itu ada dalam diri seseorang, kita tak bisa menyangkal untuk memujinya.

Wanita atau muslimah yang seperti mawar, begitu enak dipandang. Kecantikannya terpancar dari sebuah keteguhan yang dalam. Kalaupun dia memang dianugerahi kecantikan fisik oleh Allah, dia akan semakin cantik. Kalaupun secara fisik dia tidak tergolong ‘begitu cantik’ namun dia memancarkan kecantikan yang lain. Kecantikan yang membawanya pada sebuah derajat yang begitu tinggi. Elegan.

Wanita yang seperti bunga mawar memiliki keteguhan prinsip, dia mengerti setiap detil dari dirinya begitu berharga, untuk itulah dia menjaganya, melindunginya dengan seksama. Lihat betapa banyak ‘senjata’ yang dimiliki mawar untuk melindungi putik dan benang sarinya. Itulah , perempuan apalagi perempuan Islam, dituntunkan untuk selalu menjaga dirinya, karena setiap bagian jasad, ruh dan akalnya memiliki potensi keindahan.

Wanita atau perempuan yang berkarakter mawar juga sangat teguh pendiriannya. Dia tidak mudah meluruhkan harga dirinya untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan jalan perinsipnya. Lihat, betapa mawar tidak mudah menggugurkan mahkota bunganya meskipun ia layu. perempuan-perempuan seteguh mawar tidak akan meluruhkan kehormatannya . Dia akan menjaganya meskipun ia harus berjuang untuk itu. Keadaan tidak membuatnya cengeng.
Satu lagi, saudariku. Mawar tidak mudah dipetik. Perempuan-perempuan yang teguh dan meneguhkan, cerdas dan mencerdaskan, baik dan memperbaiki akan memancarkan banyak energi. Semua orang tahu bahwa dia memiliki banayak pesona. Namun pesona itu tidak membuatnya pongah. Pun begitu, perempuan-perempuan berkarakter mawar selalu memancarkan keramahan, kebaikan. Tapi untuk mendapatkannya? Nanti dulu! Bukan jual mahal, tapi ia memiliki izzah (harga diri, kehormatan, rasa PD, bangga bukan karena dirinya tapi ‘bangga’ karena ia memegang teguh Islam dan segala peraturannya).

Pesona mawar membuat orang tidak berani mempermainkannya. Pesona karakter ‘mawar’ akan menyeleksi siapa yang beruntung mendapatkannya dengan cara yang baik, bukan menyerobot apalagi memetiknya dengan paksa! Sebab jika itu dilakukan, Sang Mawar akan melukai tangan pemetiknya yang kasar dan tidak beradab, iya kan?

Maka, siapapun yang ingin memetik mawar-mawar muslimah itu, ia haruslah seorang yang memiliki keteguhan dan daya juang! Ia harus meminta mawar-mawar muslimah itu dari pemiliknya. Siapa pemiliknya? Sang pencinta mawar itu dan pemilik kebun mawar yang sejak kecil merawat dan menjaga Sang mawar agar tumbuh menjadi muslimah yang teguh.

Bagaimana? Jika kalian baca tulisanku ini dan kalian seorang perempuan, muslimah, semoga kalian bergegas untuk menjadi kuntum mawar terindah di kebun rumah orang tua kalian. Jika kalian seorang laki-laki, seorang muslim, dan sedang ‘mengagumi’ salah satu kuntum mawar itu, bersiaplah untuk menjadi pemetiknya yang ‘sekufu’, bukan karena hal-hal yang tampak, tapi dari cara kalian memetiknya!

Ketuklah pintu pagar dimana mawar itu tumbuh, datangi keluarga dimana mawar itu tumbuh dan terjaga (jangan asal slonong apalagi merusak dan memaksanya!) kemudian mohonlah pada Sang Pencipta mawar itu karena Dialah pemilik dan pemeliharanya yang hakiki. Mohonlah agar Ia berkenan menjadikan kalian sepasang insan yang menebarkan kebaikan di taman bumi dan mengetuk surga dengan keagungan yang terjaga!

Sumber : Essai Vida Rabiah Al Adawiyah

Read Full Post »

Tahukah, tilawah 10 juz dalam suatu hari tidaklah sulit, namun istiqamah tilawah 1 juz setiap hari sepanjang hayat tak banyak yang berhasil.

Tahukah, menghafal 3 halaman ayat-ayat Qur’ani dalam 1 hari tidaklah sukar, namun istiqamah menambah hafalan 3 ayat setiap harinya sepanjang hidup dan memuroja’ahnya dengan rutin adalah tantangan yang berat.

Tahukah, menunaikan shalat sampai ratusan rakaat dalam satu hari itu mudah, tapi istiqamah menunaikan 50 rakaat shalat wajib dan sunnah dengan khusyu’ setiap harinya sampai hembusan nafas terakhir amatlah sulit.

Tahukah, merekrut kader dalam puluhan kelompok halaqah tidaklah sukar, namun istiqamah membina, meski hanya 1 kelompok, sepanjang hidup tak banyak yang sanggup.

Tahukah, semangat dakwah dan jihad fii sabilillah menggebu di masa muda adalah hal biasa, namun yang bertahan sampai akhir hayat hanya segelintir orang.

Tahukah, begitu banyak kader dakwah bersemangat menyerukan Islam di kala sekolah lalu berguguran saat kuliah.

Tahukah, teramat melimpah ruah kader yang dicetak di kampus, jiwa-jiwa penuh kobaran semangat tuk berjihad di jalan dakwah, jiwa idealisme dan ghiroh yang menyala-nyala. Tak aneh! Tapi coba tengok, berapa yang tersisa selepas dari kampus? Bahkan seorang ADK internal-pun tak terbilang yang pelan2 hengkang. Alasannya klasik, kerja! silau akan dunia, sibuk mencari ma’isyah… Tak ada waktu untuk berdakwah, tak ada waktu untuk hadir halaqah apalagi buat ikutan tatsqif,  jadwal terlalu padat dan menyita energi. Yah, begitulah fenomenanya. Satu per satu amanah dakwah dilepaskan termasuk amanah membina! And good bye akhi/ ukhti!

Belum lagi saat telah menikah, alasan untuk lari dari dakwah pun semakin menjadi, telat hadir syuro karena antar istri, tak hadir halaqah karena anak sakit, tak mengisi halaqah karena suami baru pulang dari luar kota, dsb dsb dsb…

“Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugianny, dan rumah2 tempat tinggal yg kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” (Q.S.At-Taubah: 24)

Istiqomah! Kata yang mudah terlontar namun tak mudah dalam mempraktekkannya. Hanya yang istiqomahlah yang mampu melewati putaran roda dakwah-yang harus mendaki bukit terjal. Istiqamah dalam hidayah, istiqamah dalam keikhlasan, istiqamah dalam ketaatan, dan istiqamah dalam kesabaran.

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dgn org2 yg menyeru Rabb-Nya di pagi dan senja hari, dgn mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Q.S.Al-Kahfi: 28)..

Dakwah itu kerja tanpa batas waktu, saudaraku…

Dakwah itu kontrak seumur hidup, saudaraku…

Dakwah itu tak mengenal kata pensiun!!!

Sejatinya, pemenang adalah yang bertahan hingga akhir! Mereka yang bersemangat di awal dan terus berjuang dengan penuh kesabaran hingga tetes darah penghabisan. Itulah sang pemenang sejati. Istiqomah di jalan yang penuh onak duri tanpa pernah melangkah mundur walau selangkah, berjuang berpeluh berkorban jiwa raga dan harta. Jalan dakwah tdk dihampiri permadani, tidak pula ditaburi bunga melati dan siraman minyak kasturi. Sebaliknya jalan dakwah dipenuhi duri dan ranjau2 yg stiap saat dpt meledak, kemudian jalan berliku penuh tikungan maut sementara jurang2 curam menganga. Hanya orang2 istiqamah, pantang menyerah, dan pemberani lah yang mampu bertahan hingga akhir. Pilihannya hanya 2, kemenangan mulia atas tegaknya Islam di muka bumi atau mati sebagai syuhada. Adakah kita mampu menjadi sang pemenang sejati?!?

Ya Rabb, istiqomahkan lah kaki ini melangkah di jalanMU, istiqomahkan lah hati ini untuk ikhlas berjuang di jalanMU, istiqomahkan lah diri ini untuk mengabdi hanya kepadaMU sampai nyawa ini dikembalikan padaMU lagi…

Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat jiwa yang lalai, khususnya teruntuk saya pribadi.
Jadilah pemenang sejati, yang bertahan sampai akhir!

-flo-

Read Full Post »